Wartasumsel.id, LUBUKLINGGAU – masih banyak masyarakat khususnya di Kota Lubuklinggau yang belum mengenal lebih dekat dengan sosok H Rodi Wijaya (HRW)–bakal calon Wali Kota Lubuklinggau periode 2025-2030.
Berikut ini kami paparkan mengenai profil HRW yang saat ini menjabat Ketua DPRD Kota Lubuklinggau yang bakal mencalonkan diri di Pilkada Lubuklinggau pada 27 November 2024 mendatang.
———-
H Rodi Wijaya lahir pada Jumat, 6 Maret 1975, di Muara Beliti.
Ia merupakan anak kedua dari enam bersaudara lahir dari rahim Hj Zuriah binti H Hasan asli dari Desa Remayu dan Sekayu, sedangkan ayahnya, H Ibnu Suud bin Ali Bisit, asli dari Desa Lubuk Belimbing, Kecamatan Padang Ulak Tanding (PUT). Dari lima saudaranya itu, tiga perempuan dan dua lak-laki.
Masa kecil Rodi Wijaya dihabiskan di Muara Beliti. Dimulai dari pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Muara Beliti kemudian melanjutkan ke SMP Negeri Muara Beliti, lalu selanjutkan masuk SMAN 2 Lubuklinggau tahun 1990 dan tercatat sebagai angkatan kedua di sekolah tersebut.
Selepas SMA, Rodi Wijaya meneruskan kuliah ke Universitas Sriwijaya (Unsri) Program Studi (Prodi) Ekonomi dan lulus pada 1999.
Rodi Wijaya memiliki masa kecil yang bahagia, sebagaimana pada umumnya anak-anak yang tinggal di pedesaan. Ia juga memiliki cita-cita kuat untuk menjadi seorang dokter maupun TNI.
Kendati demikian, meski memiliki prestasi cukup gemilang di bidang pendidikan sehingga menjadi rebutan oleh PTN (Perguruan Tinggi Negeri) serta besarnya peluang dalam menggaet cita-cita. Namun seiring berjalannya waktu dan persoalan kala itu, Rodi memilih untuk terjun ke dunia politik.
Rodi Wijaya memulai karir politiknya karena dihadapkan dengan suasana yang tidak menentu pada 1998 dan memiliki dua pilihan, PNS atau menjadi pengurus partai.
Berkat dorongan dari orangtuanya sebagai Ketua Partai Golkar tingkat kecamatan, Rodi memutuskan turut masuk ke partai dan mendapatkan posisi sebagai Wakil Ketua I Partai Golkar tingkat kecamatan.
Pada Pemilu 1998, Ketua Partai Golkar tingkat kecamatan mengundurkan diri. Yang bersangkutan lebih memilih berkiprah sebagai PNS ketimbang berkecimpung di dunia politik. Atas kekosongan tersebut, akhirnya posisi ketua Pengurus Anak Cabang (PAC) Partai Golkar diserahkan kepadanya.
Giat mulanya di Partai Golkar, Rodi Wijaya disela-sela masih menempuh pendidikan kuliahnya telah berhasil menghantarkan salah seorang Caleg dari Fraksi Golkar yang berhasil duduk di kursi legislatif, yakni Hj. Amsah Sohe (Ibunda dari H SN Prana Putra Sohe/Nanan).
Pada 1998 juga merupakan tahun awal mulanya perkenalan dua calon tokoh besar Kota Lubuklinggau, H. Rodi Wijaya dan H. SN. Prana Putra Sohe.
Gonjang ganjing perpolitikan Indonesia pasca reformasi, menjadi tahun pembinaan mental Rodi Wijaya dalam berkiprah di dunia politik, dimana kala itu Partai Golkar sedang berada di posisi dalam tekanan pasca berakhirnya era Orde Baru.
Namun dengan segala potensi serta semangat tinggi, Rodi Wijaya mampu membawa Partai Golkar lepas dari keterpurukan dengan dibuktikannya berhasil meraih satu kursi legislatif.
Di tahun 2000-an, Rodi Wijaya mencoba menjajaki ilmu di eksekutif sebagai honorer di Bappeda Kota Administratif Lubuklinggau hingga tahun 2002.
Lanjut di tahun 2004, dorongan dari masyarkat menginginkan Rodi Wijaya untuk mengambil peluang di kursi legislatif, sehingga mencalonkan diri pada Pileg 2004-2009 di Kabupaten Musi Rawas daerah pemilihan (dapil) Muara Beliti.
Alhasil Rodi Wijaya mendapatkan suara terbanyak ketiga dari delapan kursi, serta Partai Golkar juga mendapatkan tiga kursi.
Sedangkan di tahun 2009-2014, ada sedikit persoalan klasik Partai Golkar dalam kontestasi Pilbup, sehingga Rodi Wijaya mencalonkan diri ke jenjang lebih tinggi, yakni DPRD Sumsel.
Saat itu Rodi mendapatkan nomor urut 5 dari Partai Golkar, karena kuota yang terbatas dirinya tidak masuk ke DPRD Sumsel, namun Partai Golkar berhasil mendapatkan 2 kursi di DPRD Sumsel atas nama Hj Lily Madari dan H Jefris Iwansah.
Dengan kekosongan waktu, Rodi terus berupaya mengembangkan sayap-sayap Partai Golkar, sehingga pada saat Musda Golkar, dirinya didapuk menjadi Ketua Partai Golkar Kota Lubuklinggau.
Sebagai ketua Partai Golkar, Rodi Wijaya turut mengusung H SN Prana Putra Sohe sebagai Wakil Wali Kota Lubuklinggau periode 2008-2013 mendampingi H. Riduan Efendi .
Dalam perjalanan normatifnya, tahun 2014 akhir, awal pertama kalinya Rodi mencalonkan diri pada Pileg (2014-2019) Kota Lubuklinggau dari dapil Lubuklinggau Timur.
Alhasil, lagi-lagi Rodi memantik prestasinya, dimana Golkar mendapatkan enam kursi, sedangkan dirinya memperoleh suara terbanyak dan menjadikannya sebagai Ketua DPRD Kota Lubuklinggau periode 2014-2019.
Pada periode 2019-2024, Rodi Wijaya tetap dipercaya masyarakat menduduki posisi tertingi legislatif Kota Lubuklingau, yakni sebagai Ketua DPRD Kota Lubuklinggau.
Sedangkan karir Rodi Wijaya di Partai Golkar, dalam beberapa kali Musda, dirinya juga tetap mendapat amanah sebagai Ketua DPD Golkar Kota Lubuklinggau hingga saat ini.
Adapun salah satu alasan Rodi Wijaya maju Pilkada pada 27 November 2024 mendatang, karena di Partai Golkar memiliki opsi, dimana selain di legislatif juga harus memiliki cita-cita di eksekutif.
Untuk Rodi Wijaya sendiri, kebenarannya pada tahun 2014 dirinya sudah diusung untuk maju Pilkada dikarenakan Golkar sudah memenuhi syarat memiliki 6 kursi, namun karena pertimbangan dan hasil survey, Golkar memutuskan mengusung H SN Prana Putra Sohe dan H Sulaiman Kohar (Nansuko Jilid I) sebagai kandidat kala itu.
Sedangkan pada Pilkada 2019, Golkar tetap mengusung kadernya, dan nama itu jatuh ke H Hasbi Asadiki yang memiliki kans peluangnya, tetapi karena hasil surveynya tidak membuming se seantero Lubuklinggau, akhirnya Golkar mengusung kembali Nansuko Jilid II.
Berbeda di tahun 2024 ini, karena tidak ada Nansuko Jilid III, Golkar mengusung kadernya sendiri, H. Rodi Wijaya, dikarenakan memenuhi segala kemungkinan dan opsi yang penuh dengan konsekuensinya harus maju Pilkada.
Rodi wijaya mengakui akan merealisasikan komitmennya dalam Musda Golkar yang telah digelar beberapa kali.
Dengan segala peluangnya, serta pengalaman sepuluh tahun ke belakang, memantapkan niat Rodi Wijaya maju Pilkada 2024 di Kota Lubuklinggau, hal itu juga tak lepas dari penugasan partai dan sudah waktunya untuk kader Partai Golkar memegang tampuk tertinggi eksekutif Kota Lubuklinggau.
Meskipun banyak kader Partai Golkar yang berminat juga untuk maju, namun belum mantap karena menghadapi konstelasi politik saat ini.
Rodi Wijaya, sosok yang bertangan dingin dalam mengambil sebuah keputusan, sangat memahami sekali berbagai karakter tokoh lainnya dari pelbagai organisasi serta ADRT yang berbeda.
Tokoh yang baragam background ini juga diyakini mampu membawa kemajuan Kota Lubuklinggau dengan sejuta pengalamannya, dengan komitmen yang kuat sehingga tujuan kemajuan menjadi prioritas dengan mengesampingkan materi.
Terobosan evaluasinya menjadi dasar penyelesaian persoalan, dan tidak mencari cela permasalahan.
Sebagian orang beranggapan politik itu hal yang kotor, tidak bermoral dan tidak bermartabat. Berbeda dengan Rodi Wijaya, ia berpandangan bahwasanya politik inilah yang mampu merubah semua orang yang tidak bermoral, tidak bermartabat, dan yang rusak karena luka politik, serta momentum politik juga yang dapat mengobati luka karena politik.
Untuk sosok motivasi bagi Rodi Wijaya sendiri adalah H. Alex Noerdin dan H SN Prana Putra Sohe, dengan alasan mereka berdua jika memilki sebuah tujuan yang baik, maka tujuan itu harus tercapai.(*)