Wartasumsel.id, LUBUKLINGGAU – Dengan pengalaman sebagai Ketua DPRD Kota Lubuklinggau dua periode berturut-turut (2014-2019 dan 2019-2024), H Rodi Wijaya mempunyai insting yang baik dan penuh pertimbangan dalam menentukan arah dukungan politik.
Hal tersebut dibuktikan pria kelahiran Muara Beliti, 6 Maret 1975 itu, dengan mengusung H SN Prana Prana Putra Sohe dan H Sulaiman Kohar (Nansuko) di Pilkada Lubuklinggau tahun 2013 lalu.
Dan hasilnya, pasangan Nansuko terpilih menjadi Wali Kota dan Wakil Wali Kota Lubuklinggau periode 2013-2018.
Selanjutnya pada Pilkada 2018, semula Partai Golkar akan mengusung kader internal partai atas nama H Hasbi Asadiki, namun dari hasil survei, hasilnya belum memungkinkan untuk mengusung calon sendiri.
Sehingga pilihannya kembali dijatuhkan kepada Nansuko untuk melanjutkan masa pengabdiannya.
Ternyata pilihan itu terbukti jitu, NanSuko kembali berhasil memenangkan Pilkada 2018 lalu.
Beda dengan Pilkada 2024 ini, karena tidak mungkin lagi ada NanSuko jilid III, maka Partai Golkar mengintruksikan, H Rodi Wijaya untuk maju dalam pencalonan orang nomor satu di Kota Lubuklinggau periode lima tahun kedepan.
Pilihan kepada H Rodi Wijaya sangat realiastis. Pasalnya, dengan pengalaman yang dimilikinya saat ini tentu sudah sangat pantas bila ia diamanahkan sebagai orang nomor satu di Kota Lubuklinggau.
H Rodi Wijaya merupakan sosok yang bertangan dingin dalam mengambil sebuah keputusan, sangat memahami berbagai karakter tokoh lainnya dari berbagai organisasi serta ADRT yang berbeda.
Tokoh yang baragam background ini juga diyakini mampu membawa kemajuan Kota Lubuklinggau dengan sejuta pengalaman dan dengan komitmennya yang kuat sehingga tujuan kemajuan menjadi prioritas dengan mengesampingkan materi.
Terobosan evaluasinya menjadi dasar penyelesaian persoalan, dan tidak mencari cela permasalahan.
Sebagian orang beranggapan bahwa politik itu kotor, tidak bermoral dan tidak bermartabat. Berbeda dengan H Rodi Wijaya, ia berpandangan bahwasanya politik inilah yang mampu merubah orang yang tidak bermoral, tidak bermartabat, dan rusak karena luka politik serta melalui momentum politik juga dapat mengobati luka karena politik.
Bagi H Rodi Wijaya ada dua sosok politik yang menjadi motivasinya, yakni H. Alex Noerdin dan H SN Prana Putra Sohe.
Alasannya sederhana, mereka berdua berprinsip jika memiliki sebuah tujuan yang baik, maka capailah tujuan itu.(*)